Pages

Teori Pengetahuan (Epistemologi)

Pertentang penganut Paham Rasionalis dan Penganut Paham Empiris tentang 
penentuan sebuah pengetahuan
     Salah satu perdebatan besar sekitar pengetahuan manusia yang berkaitan dengan filosofi adalah diskusi yang mempersoalkan sumber-sumber dan asal usul pengetahuan dengan meneliti, mempelajari dan mencoba mengungkapkan prinsip-prinsip primer kekuatan struktur pikiran yang dianugrahkan oleh Tuhan kepada manusia, sehingga memunculkan beberapa pertanyaan besar dalam diri manusia, yaitu; Bagaimana pengetahuan itu muncul pada manusia? Bagaimana kehidupan intelektualnya tercipta sejak dini? Dan apakah sumber yang memberikan kepada manusia, arus pemikiran dan pengetahuan ini?
     Sebelum menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, kita haruslah mengetahui terlebih dahulu  bahwa terdapat dua garis besar pembagian pengetahuan. Pertama, Konsepsi atau pengetahuan sederhana, hal tersebut dapat dicontohkan dengan penangkapan kita, seperti pengertian panas atau cahaya atau suara.  Kedua, Tasdiq (Assent atau pembenaran) yaitu pengetahuan yangm mengandung suatu penilaian, sebagai contohnya panas itu adalah energi yang datang dari matahari, dan bahwa matahari lebih bercahaya dari bulan dan bahwa atom itu dapat meledak dan sebagainya.
A.    Konsepsi dan Sumber Pokoknya
Dalam perjalanan sejarah filsafat, permasalahan yang ada  pada paragraph pertama telah menghasilkan beberapa pemecahan yang di rangkum dalam beberapa teori pendukung dari konsepsi (pemikiran sederhana) sebagai berikut:
1.      Pengingatan Kembali (Plato)
           Dalam hal ini plato (abad ke-5 SM) berpendapat bahwa pengetahuan adalah fungsi  mengingat kembali informasi-informasi yang telah lebih dahulu diperoleh. Plato meyakini bahwa jiwa manusia ada sebelum raga itu ada. Selain itu pula, plato beranggapan bahwa  sebelum manusia memulihkan pengetahuan-pengetahuannya melalui penginderaan gagasan atau ide tertentu, yaitu dengan membayangkan realitas-realitas azali  (abadi) di dunia yang didalamnya. Pengetahuan kita mengenai  manusia universal yaitu ide manusia secara universal, tak lain adalah pengingatan kembali realitas abstrak yang telah kita lupakan. Kita dapat mengingatnya kembali dengan menginderai manusia tertentu atau individu tertentu yang mencerminkan realitas abstrak itu di alam materi.
           Jadi,  konsepsi-konsepsi umum itu mendahului penginderaan. Penginderaan tidak akan terlaksana kecuali dengan proses melacak dan mengingat-ingat kembali konsepsi-konsepsi tadi. Pengetahuan-pengetahuan rasional tidak berkaitan dengan hal-hal partikular (bayangan atau pantulan) dalam alam indera, tetapi ia hanya berkaitan dengan realitas-realitas universal abstrak tersebut.
2.      Teori Rasional (Descartes (1596-1650) dan Immanuel Kant (1724-1804))
Descartes dan Kant beranggapan bahwa teori pengetahuan terangkum dalam kepercayaan adanya dua sumber bagi konsepsi, yaitu; Pertama, penginderaan (sensasi), dan yang kedua, fitrah. Indera menurut teori tersebut adalah sumber pemahaman terhadap konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan sederhana. Tetapi, ia bukan satu-satunya sumber. Ada juga fitrah yang mendorong munculnya sekumpulan konsepsi dengan akal. Namun kedua konsepsi tersebut dipatahkan oleh kaum empirisme yang dipelopori oleh Jonhn Locke dan  setelahnya Berkeley dan David Hume.
Ada penapsiran lain mengenai teori rasionalisme, yakni gagasan dan ide fitrah itu ada dalam jiwa secara potensial. Ia mendapatkan sifat aktualnya dengan evolusi dan integrasi mental jiwa. Jadi konsepsi-konsepsi fitrah bukan bersumber dari indera, akan tetapi ia dikandung oleh jiwa tanpa disadarinya. Meskipun demikian dengan integrasi jiwa ia menjadi sebuah pengetahuan dan informasi yang dapat kita ingat kembali, lantas bangkit kembali, setelah sebelumnya ia tersembunyi dan ada secara potensial.
3.      Teori Empirikal
Teori ini beranggapan bahwa penginderaan adalah satu-satunya yang membekali akal manusia dengan konsepsi-konsepsi dan gagasan, dan (potensi mental akal budi) adalah potensi yang tercermin dalam berbagai persepsi inderawi. Jadi ketika kita mengindera sesuatu, kita dapat memiliki suatu konsepsi tentangnya, yakni menangkap makna dari sesuatu dalam akal budi kita. Akal budi berdasarkan teori ini hanyalah mengelola konsepsi gagasan inderawi.
4.      Teori Disposesi
Teori ini secara umum terbagi menjadi dua konsep, yaitu konsepsi-konsepsi primer dan konsepsi-konsepsi skunder. Konsepsi Primer adalah dasar konseptual bagi akal manusia. Ini lahir dari persepsi inderawi secara langsung terhadap kandungan-kandungannya. Teori disposesi juga dikenal dengan teori sebab-akibat, karena konsepsi merupakan turunan dari konsepsi primer seperti contoh bahwa air akan mendidih pada suhu 1000C mengapa bisa mendidih itu adalah pertanyaan yang paling sederhana, dan jawabannya juga harus sederhana yaitu air mendidih karena dipanaskan.

B.     Tashdiq dan Sumber Pokoknya
Permasalahan yang sering terjadi dalam istilah pembenaran adalah persoalan mengetahui sumber pengetahuan sebagai pembenaran dan asas-asas bangunan pengetahuan manusia dengan benang-benang utama apakah sejumlah besar penilaian dan pengetahuan dipintal, apakah prinsip yang dicapai pengetahuan manusia dalam menjelaskan, yang dianggap sebagai kriteria primer-umum untuk membedakan kebenaran dari hal-hal lain.
Beberapa aliran filsafat mencoba menjawab persoalan tersebut, berikut akan disajikan pemikiran pembenaran berdasarkan teori empirikal, filsafat islam dan sistem berpikir islami secara umum berdasarkan aliran rasional, sementara aliran empirikal mendominasi beberapa paham dalam materialisme.
1.      Doktrin Rasional
Dalam pandangan kaum rasionalis pengetahuan manusia terbagi menjadi dua yaitu; pertama pengetahuan yang mesti (intuitif), adalah akal mesti mengakui suatu proposisi tertentu tanpa mencari dalil atau bukti kebenarannya. Intinya dalam pandangan pertama ini mengisyaratkan bahwa tiada peristiwa tanpa suatu sebab, sifat-sifat berlawanan tidak akan harmonis dalam suatu subjek, keseluruhan lebih besar dari sebagaian dan satu adalah separuh dari dua. Kedua informasi dan pengetahuan teoritis. Akal tidak akan mempercayai beberapa proposisi, kecuali dengan pengetahuan-pengetahuan terdahulu. Penilaian atas proposisi tersebut bergantung pada proses pemikiran dan penggalian kebenaran-kebenaran yang lebih dahulu dan lebih pasti darinya. Pengetahuan teoritis harus bersandarkan pada pengetahuan-pengetahuan primer yang mesti. Jika pengetahuan itu disingkirkan dari akal manusia, orang tidak akan pernah sampai pada pengetahuan teoritis sama sekali.
Jadi doktrin rasional menjelaskan bahwa landasan pengetahuan adalah informasi primer, dan di atas informasi itulah berdiri bangunan-bangunan pemikiran manusia yang disebut dengan informasi skunder. Proses penggalian pengetahuan secara teoritis dari pengetahuan-pengetahuan sebelumnya adalah proses yang disebut dengan pemikiran atau berpikir.
2.      Doktrin Empirikal
Doktrin empirikal berpendapat bahwa pengalaman adalah sumber pertama semua pengetahuan manusia. Karena itu, jika manusia memiliki pengalaman dalam segala bentuknya, ia akan mengetahui realitas apapun. Pernyataan tersebut manunjukkan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan. Kesadaran dan pengetahuannya diperoleh dari kehidupan praktisnya. Semakin luas dan semakin bervariasi pengalamannya, maka semakin bervariasi dan luas pula pengetahuannya.
Dari uraian di atas maka terjadi dua perbedaan yang sangat mencolok antara penganut paham rasional dan paham empirik. Perbedaannya dapat terlihat ketika penganut paham rasional percaya bahwa berpikir itu dimulai dari yang umum ke khusus, tapi sebaliknya kaum pengenut paham empirik memandang bahwa berpikir itu dimulai dari yang khusus ke yang umum.
Dari pemikiran kaum empirik banyak sekali terjadi penolakan-penolakan dari berbagai pihak. Berikut akan dipaparkan beberapa hal yang berhubungan dengan penolakan tersebut sebagai berikut:
Pertama:apakah prinsip itu sendiri (pengalaman adalah kriteria pokok untuk mengenali realitas) adalah pengetahuan primer yang diperoleh manusia tanpa pengalaman sebelumnya. Ini berarti bahwa pada mulanya kita tidak tahu bahwa pengalaman adalah kriteria logis yang dijamin kebenarannya;
Kedua:    ide filosofis yang bertumpu pada doktrin empirikal tidak mampu mengukuhkan materi, karena materi tak mungkin diungkapkan dengan pengalaman semata, akan tetapi yang tampak oleh indera dalam wilayah-wilayah eksperimental hanyalah fenomena-fenomena aksiden;
Ketiga:    kalau jelajah pemikiran itu terbatas pada pengalaman dan tidak memiliki pengetahuan-pengetahuan yang terlepas dari pengalaman, tentu ia tidak akan menentukan kemustahilan sesuatu pun sebab kemustahilan dalam arti tidak adanya kemungkinan terwujudnya sesuatu bukanlah termasuk dalam pengalaman.
Keempat: prinsip kausalitas tidak mungkin dibuktikan dengan doktrin empirikal. Teori empirikal tidak mampu memberikan penjelasan yang benar mengenai kausalitas sebagai suatu gagasan konseptual.
Atas dasar beberapa hal tersebut, ada dua kemungkinan bagi kaum empirik  mengakui kemustahilan hal-hal tertentu, seperti hal-hal yang telah dikemukakan oleh kelompok kedua, atau mengingkari ide kemustahilan segala sesuatu.
1.      Marxisme dan pengalaman
Marxisme beranggapan bahwa titik tolak pengetahuan adalah indera dan pengalaman. Dan derajat tinggi bagi pengetahuan itu ialah penciptaan pengertian ilmiah dan teori yang mencerminkan realitas empirikal secara mendalam dan akurat. Dari pendapatnya ini, marxisme memberikan sebuah catatan bahwa pendapat tersebut dalam bentuknya yang jelas akan membawanya ke doktrin rasionalis, sebab pendapat ini mengasumsikan adanya wilayah (medan) pengetahuan manusia diluar batas-batas pengalaman yang sederhana, sehingga ia menegakkan dasar kesatuan teori dan aplikasi serta kemustahilan memisahkan yang satu dengan yang lainnya. Sebagai garis besarnya, marxisme mempertahankan tempat pengalaman, doktrin empirikal, dan menganggapnya sebagai kriteria umum bagi pengetahuan manusia.
Mao Tse Tung, berkata bahwa langkah pertama untuk memperoleh pengetahuan adalah melakukan kontak langsung dengan lingkungan luar (ini adalah tahap penginderaan). Langkah kedua adalah semua informasi yang diperoleh dari penginderaan dikumpulkan dan di tata (ini adalah tahap pemahaman, penilaian dan penyimpulan).
Selanjutnya marxisme tampaknya mengakui ada dua tahapan bagi pengetahuan manusia. Meskipun demikian, ia tidak mau menerima adanya pengetahuan yang terpisah dari pengalaman inderawi. Dan ini merupakan dasar kontradiksi mendasar, yaitu jika akal tidak memiliki pengetahuan tertentu yang lepas  dari pengalaman inderawi, maka ia tidak akan dapat membuat teori berdasarkan persepsi inderawi, dan tidak akan dapat memahami proposisi-empirikal, karena penyimpulan gagasan tertentu dari fenomena-fenomena inderawi yang dialami mungkin bagi orang yang mengetahui bahwa fenomena-fenomena seperti itu, kemudian ia mendasarkan penyimpulan teori tertentunya itu pada pengetahuan ini.
Jika sejak semula kita memisahkan pengetahuan rasional yang madiri dari pengalaman inderawi, maka kita tidak akan dapat bergerak dari tahap penginderaan ke tahap teori dan penyimpulannya, dan tidak akan dapat memastikan kebenaran teori dari penyimpulan tersebut dengan kembali kepada aplikasi dan pengulangan pengalaman
2.      Pengalaman inderawi dan bangun filsafat
Kontradiksi tajam antara doktrin rasionalis dan doktrin empirikal bukan hanya dalam batas-batas teori pengetahuan saja. Pengaruhnya yang membahayakan bahkan menjangkau kesegenap bangunan filsafat. Sejak kontradiksi itu terjadi, banyak sekali pengaruhnya pada filsafat, namun hal ini tetap menjadi pijakan awal filsafat untuk terus mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiahnya.
Filsafat tetap menguasai bidang intelektual manusia sampai eksperimen mulai unjuk diri dan memainkan perananya dalam banyak bidang dengan berangkat dari yang partikular hingga ke yang universal dari subjek-subjek eksperimen ke hukum-hukum yang lebih umum dan lebih menyeluruh, karena filsafat menjadi menyusut dan terbatas pada bidang pokoknya dan membuka jalan bagi lawannya ilmu pengetahuan untuk aktif di bidang-bidanag lain.
Dualitas antara filsafat dan ilmu pengetahuan berkembang disebabkan oleh perbedaan keduanya dalam sarana dan subjek pemikiran. Dualitas ini diterima oleh para rasionalitas namun para pendukung doktrin empirikal terus menyudutkan filsafat sebagai bidang yang berdiri sendiri yang terlepas dari ilmu pengetahuan. Sebab pendukung doktrin empirikal tidak mengakui setiap pengetahuan yang tidak berdasarkan pengalaman.
Dari berbagai macam permasalahan yang ditimbulkan dari pendukung doktrin rasionalis dan doktrin empirikal, menyebabkan lahirnya dua aliran berikut:
1.      Aliran positivistis dan filsafat
Aliran positivistis tumbuh subur pada abad-19 ketika empirisme mendominasi. Positivistisme lahir dan berkembang dibawah naungan empirisme. Materialisme positivis menyerang mati-matian filsafat dan subjek-subjek metafisikanya, dan aliran ini beranggapan bahwa proposisi-proposisi filsafat tidak bermanfaat bagi kehidupan praktis dan tidak dapat dibuktikan dengan metode ilmiah, dan bahkan aliran ini beranggapan bahwa proposisi-proposisi ini bukan dalam arti logis meskipun kata-katanya berbentuk proposisi. Dan lebih ekstrimnya, aliran positivistis  beranggapan bahwa pemikiran filsafat hanya omong kosong dan tidak berarti apa-apa dan tidak mungkin menjadi pembahasan dan penelitian.
2.      Marxisme dan Filsafat
Tidak jauh berbeda dengan aliran positivistis, karena marxisme juga menolak sepenuhnya filsafat yang lebih tinggi dikenakan pada ilmu-ilmu pengetahuan dan yang tidak muncul dari ilmu-ilmu pengetahuan itu. Sebab marxisme baik dalam pandangan maupun metode berpikirnya empirikal dan hal ini wajar jika marxisme tidak memberikan tempat bagi metafisika dalam pembahasan-pembahasannya. Akan tetapi marxisme memerlukan filsafat ilmiah, yaitu materialis dialektis, dan mengklaim filsafat itu berdasarkan ilmu-ilmu alam dan menjadi kuat berkat perkembangan ilmiah dalam berbagai bidang

Analisis

Dari keseluruhan uraian di atas, dapat di ambil sebuah kesimpulan bahwa antara filsafat dan ilmu pengetahuan sungguhnya memiliki kaitan yang sangat erat. Meskipun demikian filsafat tidak membutuhkan pengalaman inderawi, tetapi langsung menyimpulkan teori filosofis dari pengetahuan rasional terdahulu.
Dari pertentangan antara para pendukung  dua doktrin yang saling berlawanan, banyak sekali pelajaran yang dapat diperoleh dari keduanya. Hingga saat ini pemikiran-pemikiran yang  berkaitan dengan keilmuan serta teori-teori yang berkembang sekarang lahir dari perdebatan dari kedua penganut doktrin tersebut.

Referensi

Sumber pokok pengetahuan, BAB I
Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jujun Suriasumantri, Jakarta, Sinar Harapan, 1990


No comments: